*catatan 1 Ramadhan 1442 H
Selasa, 13 April 2021 M
Sholat tarawih Ramadhan tahun ini seperti tahun sebelumnya yaitu di "Mushola Pertamaku" atau yang terkenal dengan sebutan "langgare Mbah Sin." Meskipun dengan berkendaraan, namun Bismillah dengan niat membersamai ibu kami atau anak-anak memanggil Simbah, dengan senang hati kami menuju ke sana. Kurang lebih 200 m dari rumah kami. Kami bertiga membawa bekal untuk buka puasa bersama di mushola.
Sholat tarawih pertama, atau malam Selasa, Abah (panggilan anak saya ke bapaknya) yang menjadi imam. Biasanya memang dijadwal bergantian dengan sepupu atau keponakan. Kalau menurut saya sudah cukup gerakan yang dilakukan dalam sholat tarawihnya, dengan berakhir hampir jam 19.55 WIB terutama untuk usia Jelita atau Sulita. Hehe...Paham kan maksudnya? Jelang lima puluh tahun atau sudah lima puluh tahun.😊
Namun..ternyata eh ternyata, selesai sholat tarawih ada yang berkomentar "kurang cepat sedikit Bah." Ya, maklumlah karena di mushola ini dari jaman kakek saya sudah terbiasa agak cepat. Kalau diberi waktu, kira-kira selesai jam 19.30 WIB.
Akhirnya, malam kedua tarawih, Abah mempercepat gerakannya memenuhi request jama'ah. Saya sempat tersenyum sendiri dalam sholat, saat mendengar bacaan Fatihah Abah dipercepat. Nah, ketahuan kan kalau belum bisa khusyu' sholat saya🤭. Hasilnya?Ya, memang bisa lebih cepat 15 menit dari tarawih sebelumnya. By the way or btw, semoga cepat atau tidak cepat gerakan dalam sholat tidak mengurangi pahala sholat tarawih semuanya, Aamiin
Usai tarawih, Alhamdulillah tetap ada tadarrus. Untuk Ramadhan kedua di musim pandemi ini meskipun hanya dengan 2 atau 3 orang. Pandemi tahun kemarin saya dengan ibu dan bulek (adik ibu). Tahun sebelum pandemi ada sepuluh orang yang ikut tadarrus, mbak-mbak gadis dan ibu-ibu. Saat ini hanya dengan dua anak yang masih sekolah di SD. Ada mbak Zahra yang masih kelas 4, namun MasyaAllah bacaan Al Qur'annya mendekati sempurna dan ada mbak Nana yang semangatnya luar biasa meskipun bacaan Al Qur'annya masih harus banyak belajar. Terlihat sangat percaya diri memegang mic, membuat saya juga semakin semangat menyimak dan membantu membenarkan bacaannya. "Mbak Nana, kalau rajin menyimak mbak Zahra, InsyaAllah akan semakin lancar juga bacaan mbak Nana, apalagi kalau di rumah juga tadarrus," kata-kata saya di hari pertama tadarrus.
Tadi malam, saya sangat-sangat bersyukur, sudah terlihat progresnya. Lebih teliti dan lebih lancar dari sebelumnya. Apa karena masih grogi juga ya, karena baru pertama kali bertemu antara saya dan mbak Nana? Ya, syukurlah di hari kedua tadarrus sudah tidak grogi lagi, sehingga lebih banyak benarnya dalam membaca Al Qur'an daripada pertama kali tadarrus.
Ya Allah...semoga keadaan menjadi semakin membaik, sehingga yang bertadarrus juga kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Aamiin..
*"Mushola Pertamaku", pernah saya buat judul tantangan menulis di Gurusianahari ke 11, setahun yang lalu (2020)